Global News

Pete Hegseth: ‘Kami Tahu Siapa yang Benar’ di Perang Ukraina

KudaKyiv – Pete Hegseth, calon Menteri Pertahanan pilihan Donald Trump Ukraina, menghadapi kritik tajam selama sidang konfirmasinya pada 14 Januari 2025. Salah satu isu utama adalah sikapnya terhadap perang di Ukraina. Ia menuai sorotan setelah tidak menyebutkan invasi Rusia dalam pernyataan pembukanya.

Ketika ditanya apakah kelalaian tersebut berarti AS akan mengabaikan Ukraina, Hegseth menegaskan: “Kami tahu siapa agresornya. Kami tahu siapa yang benar.” Namun, ia juga menambahkan bahwa konflik ini harus segera diselesaikan demi kepentingan semua pihak.

Artikel ini akan membahas pandangan Hegseth, potensi perubahan kebijakan AS terhadap Ukraina, dan dampaknya pada hubungan internasional.


Posisi Pete Hegseth terhadap Perang Ukraina

Hegseth dikenal dengan pandangan isolasionisnya. Ia sering mengkritik keterlibatan militer AS di luar negeri, termasuk kontribusi dalam NATO. Meski demikian, dalam sidang tersebut, ia menegaskan dukungan terhadap Ukraina dalam menghadapi agresi Rusia.

Menurutnya, tujuan AS adalah mencapai resolusi yang menguntungkan Ukraina. “Kami ingin hasil terbaik untuk Ukraina,” ujarnya. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada keinginan untuk mengurangi keterlibatan langsung, komitmen AS terhadap sekutunya tetap menjadi prioritas.

Namun, sikapnya menuai keraguan. Banyak pihak bertanya-tanya apakah dukungan ini akan diterjemahkan ke dalam tindakan nyata atau sekadar pernyataan politis.


Kritik dan Tantangan dalam Sidang Konfirmasi

Selama sidang, Hegseth menghadapi kritik keras. Beberapa senator menyatakan kekhawatiran atas kurangnya strategi jelas terkait konflik global.

Sebagai contoh, salah satu senator bertanya, “Apakah omisi Ukraina dalam pernyataan pembukaan berarti AS akan meninggalkan sekutu kita?” Hegseth membantah hal ini, tetapi kritik terus berdatangan.

Selain itu, pandangan isolasionis Hegseth menimbulkan kekhawatiran bahwa ia mungkin mengabaikan pentingnya aliansi strategis seperti NATO. Dengan meningkatnya ancaman global, banyak yang mempertanyakan apakah pendekatan ini sesuai untuk seorang Menteri Pertahanan.


Pengalaman Hegseth dan Kapasitas untuk Memimpin

Sebagai calon Menteri Pertahanan, Hegseth akan memimpin lebih dari 1,3 juta personel militer dan mengelola anggaran $850 miliar. Meski memiliki pengalaman militer sebagai kapten infanteri, ia belum pernah menjabat di Pentagon.

Para pendukungnya memuji perspektif “outsider” yang ia tawarkan. Menurut mereka, pendekatan baru ini dapat membawa reformasi di Pentagon. Namun, para kritikus berpendapat bahwa kurangnya pengalaman eksekutifnya adalah kelemahan besar.


WASHINGTON, DC – 14 JANUARI: Calon Menteri Pertahanan yang diusung oleh Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump, Pete Hegseth, memberikan kesaksian selama sidang konfirmasi di Komite Angkatan Bersenjata Senat di Capitol Hill pada 14 Januari 2025 di Washington, DC. Hegseth, seorang veteran Angkatan Darat dan mantan pembawa acara “FOX & Friends Weekend” di FOX News, akan menjadi kandidat pertama dari pemerintahan baru Trump yang menghadapi pertanyaan dari para senator. (Foto oleh Andrew Harnik/Getty Images)

BACA JUGA : Five Takeaways from Pete Hegseth Confirmation Hearing

Dukungan AS untuk Ukraina di Masa Depan

Pernyataan Hegseth bahwa “kami tahu siapa yang benar” mengindikasikan dukungan moral AS untuk Ukraina. Namun, implementasi kebijakan praktis di bawah kepemimpinannya masih menjadi tanda tanya.

Kemungkinan pendekatan Hegseth terhadap konflik ini mencakup:

  • Pengurangan Keterlibatan Langsung: AS mungkin fokus pada bantuan tidak langsung, seperti pasokan senjata dan pelatihan.
  • Diplomasi Lebih Besar: Menekan Rusia melalui jalur diplomasi untuk mencapai resolusi damai.
  • Fokus Domestik: Mengurangi keterlibatan luar negeri guna memperkuat militer di dalam negeri.

Meski demikian, pendekatan ini harus hati-hati agar tidak melemahkan hubungan strategis dengan sekutu global.


Dampak pada Hubungan Internasional

Sikap Hegseth terhadap Ukraina memiliki implikasi luas. Dukungan AS kepada Ukraina tidak hanya penting untuk negara tersebut, tetapi juga untuk meyakinkan sekutu Eropa Timur lainnya.

Jika Hegseth mengurangi komitmen AS terhadap NATO, itu bisa memperburuk ketegangan di kawasan. Sebaliknya, pendekatan yang hati-hati dapat memperkuat aliansi dan menyeimbangkan ancaman global dari Rusia.

Pete Hegseth menghadapi tantangan besar sebagai calon Menteri Pertahanan. Pernyataannya bahwa “kami tahu siapa yang benar” menunjukkan komitmen AS terhadap Ukraina, tetapi strateginya masih diragukan banyak pihak.

Kepemimpinan Hegseth akan menentukan arah kebijakan pertahanan AS, baik dalam hubungan dengan sekutu maupun dalam menghadapi ancaman global. Apakah pendekatannya mampu menyeimbangkan isolasionisme dan tanggung jawab internasional? Hanya waktu yang akan menjawab.