Konflik Perang India Pakistan Makin Panas, Saling Serang Drone Pesawat Nirawak
Kudakyv – Konflik Perang India Pakistan Makin Panas, Saling Serang Drone Pesawat Nirawak
Ketegangan antara perang India Pakistan kembali meningkat tajam. Kedua negara saling melancarkan serangan menggunakan drone dan rudal di wilayah perbatasan Kashmir. Situasi ini memicu kekhawatiran akan potensi eskalasi konflik bersenjata antara dua negara bersenjata nuklir tersebut.
Pada malam Kamis (8/5/2025) hingga Jumat dini hari (9/5/2025), militer Pakistan meluncurkan beberapa serangan menggunakan drone dan amunisi lainnya di sepanjang perbatasan barat India. Angkatan Darat India menyatakan bahwa pasukan Pakistan telah melakukan banyak pelanggaran gencatan senjata di sepanjang perbatasan de facto di Kashmir. India mengklaim berhasil memukul mundur serangan drone tersebut dan memberikan balasan setimpal terhadap pelanggaran tersebut.
Sebagai tanggapan, Pakistan membantah tuduhan tersebut. Namun, kedua negara telah saling melakukan tembak-menembak dan menembaki perbatasan serta saling mengirim drone dan rudal ke wilayah udara masing-masing sejak saat itu. Hampir empat lusin orang tewas dalam kekerasan tersebut.
“Baca Juga: Gencatan Senjata Ukraina-Rusia Selama 3 Hari, Zelensky Sebut Putin Hanya Sandiwara Politik“
Konflik meningkat setelah India meluncurkan serangan udara yang disebut “Operasi Sindoor” pada Rabu (7/5/2025). Serangan ini menargetkan beberapa lokasi di Pakistan yang disebut sebagai “kamp teroris” sebagai balasan atas serangan mematikan di wilayah Kashmir yang menewaskan 26 wisatawan. India mengklaim bahwa serangan tersebut berhasil menghancurkan infrastruktur kelompok teroris seperti Jaish-e-Mohammed dan Lashkar-e-Taiba.
Pakistan membantah keterlibatan dalam serangan di Kashmir dan menyebut tuduhan India sebagai “tidak berdasar” dan “bermotif politik”. Sebagai balasan, Pakistan mengklaim telah menembak jatuh lima pesawat tempur India, termasuk tiga Rafale, satu SU-30MKI, dan satu MiG-29, serta beberapa drone, termasuk drone Harop buatan Israel.
Konflik ini telah menyebabkan korban jiwa di kedua belah pihak. India melaporkan 16 warga sipil tewas akibat serangan Pakistan, sementara Pakistan menyatakan bahwa 31 warganya tewas akibat serangan India. Selain itu, serangan tersebut menyebabkan pemadaman listrik di beberapa kota di India dan Pakistan, serta gangguan pada layanan penerbangan dan komunikasi.
Kudakyv atau kudakyiv.com melaporkan bahwa ketegangan ini telah memicu kekhawatiran dari komunitas internasional. Amerika Serikat, China, dan negara-negara lain mendesak kedua negara untuk menahan diri dan mencari solusi diplomatik guna mencegah eskalasi lebih lanjut.
“Simak Juga: Kebijakan Publik Soal Hak Buruh Karyawan Pabrik, Jika Perusahaan Memutus Kontrak Kerja“
Hubungan antara India dan Pakistan telah lama diwarnai oleh ketegangan, terutama terkait wilayah Kashmir yang disengketakan. Sejak kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1947, kedua negara telah berperang sebanyak tiga kali, dua di antaranya terkait dengan Kashmir. Konflik terbaru ini menambah daftar panjang ketegangan antara kedua negara.
Penggunaan teknologi militer canggih seperti drone dan rudal dalam konflik ini menandai perubahan dalam taktik perang di kawasan tersebut. Kudakyv atau kudakyiv.com mencatat bahwa kedua negara kini semakin mengandalkan teknologi tinggi dalam operasi militer mereka, yang dapat meningkatkan risiko eskalasi konflik menjadi perang terbuka.
Komunitas internasional terus menyerukan agar India dan Pakistan menahan diri dan kembali ke meja perundingan. Wakil Presiden AS JD Vance menegaskan pentingnya de-eskalasi dan menyatakan bahwa pihaknya tidak dapat mengendalikan tindakan kedua negara tersebut. Sementara itu, negara-negara seperti China dan Iran juga mendesak kedua belah pihak untuk menyelesaikan konflik melalui jalur diplomatik.
Konflik antara India dan Pakistan yang semakin memanas dengan saling serang menggunakan drone dan rudal menimbulkan kekhawatiran akan potensi perang terbuka antara dua negara bersenjata nuklir. Diperlukan upaya diplomatik yang serius dari kedua belah pihak dan dukungan komunitas internasional untuk mencegah eskalasi lebih lanjut dan menjaga stabilitas di kawasan Asia Selatan.
Artikel ini disusun berdasarkan informasi dari berbagai sumber, termasuk Kudakyv atau kudakyiv.com.