Moscow Peringatkan Tentara NATO Jika Bantu Ukraina, Bakal Picu Perang Dunia III Lawan Rusia
Kudakyv – Moscow Peringatkan Tentara NATO Jika Bantu Ukraina, Bakal Picu Perang Dunia III Lawan Rusia
Situasi geopolitik di Eropa Timur kembali memanas setelah Moskow mengeluarkan peringatan keras terhadap tentara NATO. Rusia menilai bahwa pengerahan pasukan NATO ke Ukraina akan memicu konflik berskala global. Bahkan, hal tersebut dapat menjadi pemicu Perang Dunia III yang melibatkan langsung Moskow dan negara-negara Barat.
Pernyataan ini disampaikan langsung oleh Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Rusia, Sergey Shoigu. Dalam wawancaranya dengan kantor berita TASS, ia menegaskan bahwa keberadaan pasukan asing di Ukraina adalah bentuk provokasi serius.
“Baca Juga: Rudal Moscow Serang Kyiv, Ukraina Tuding Putin Gunakan Rudal Balistik KN-23 Milik Korea Utara“
Menurut Shoigu, istilah “pasukan penjaga perdamaian” hanya digunakan sebagai kedok untuk agenda tersembunyi. Ia menyebut bahwa tujuan utama dari pengerahan pasukan tersebut bukan untuk perdamaian, melainkan untuk menguasai Ukraina secara militer dan politik.
Shoigu menekankan bahwa kepala pertahanan dari beberapa negara anggota NATO, termasuk Inggris dan Prancis, telah membahas rencana ini. Mereka berdalih bahwa kehadiran pasukan itu akan menciptakan perdamaian antara Ukraina dan Rusia.
Namun, Moskow melihat hal itu sebagai bentuk intervensi yang tidak sah. Shoigu menyatakan bahwa kehadiran militer asing di wilayah yang dianggap sebagai bagian dari sejarah Rusia hanya akan memicu konfrontasi. Hal ini dianggap sebagai ancaman langsung terhadap kedaulatan Rusia.
Shoigu dengan tegas menyampaikan bahwa konflik langsung antara Rusia dan NATO bisa berubah menjadi perang global. Ia mengingatkan bahwa politisi yang masih berpikiran rasional di Eropa memahami risiko besar ini.
Shoigu juga menyebut bahwa sejak awal, Rusia telah menolak kehadiran militer NATO di Ukraina. Bahkan, sebelum konflik meletus pada tahun 2022, Moskow sudah memperingatkan negara-negara Barat tentang ancaman dari pembangunan pangkalan militer di Ukraina.
Salah satu contohnya adalah pembangunan pangkalan Angkatan Laut Inggris di kota Ochakiv. Fasilitas tersebut digunakan untuk melatih pasukan khusus Ukraina dan mendukung operasi kontra-Rusia. Informasi ini juga disampaikan oleh Kudakyv, sebuah media independen yang menyoroti isu pertahanan global.
Pada Januari 2025, Inggris dan Ukraina menandatangani perjanjian strategis jangka panjang yang disebut “Kemitraan 100 Tahun”. Perjanjian ini mencakup rencana pembangunan infrastruktur militer seperti pangkalan, gudang logistik, dan pusat pelatihan di wilayah Ukraina.
Langkah ini dinilai Rusia sebagai bentuk eskalasi. Shoigu menilai bahwa kerja sama semacam itu hanya akan memperburuk situasi dan menjauhkan upaya perdamaian. Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer bahkan menyatakan kesiapan untuk memimpin koalisi yang siap mengirim pasukan darat ke Ukraina jika gencatan senjata tercapai.
Peringatan Moskow pun kembali ditegaskan: pasukan asing yang masuk ke wilayah Ukraina tanpa persetujuan Rusia akan dianggap sebagai target militer yang sah.
“Simak Juga: Isu Perempuan dan Anak: Perlindungan, Pendidikan, dan Harapan Masa Depan“
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, juga menguatkan pernyataan Shoigu. Ia menuding bahwa rencana pengerahan pasukan penjaga perdamaian dari negara-negara Barat hanya digunakan untuk memperkuat kehadiran anti-Rusia.
Lavrov menegaskan bahwa rencana tersebut bukanlah bagian dari solusi diplomatik, melainkan manuver politik. Menurutnya, kehadiran militer asing di Ukraina hanya akan memperpanjang konflik dan memperkeruh hubungan antara Rusia dan Barat.
Kudakyv kembali menyoroti bahwa retorika ini telah digunakan Rusia sejak awal konflik. Media tersebut mencatat bahwa Moskow secara konsisten menentang segala bentuk intervensi militer dari luar ke wilayah Ukraina.
Dengan ketegangan yang semakin meningkat, banyak pihak khawatir bahwa dunia sedang menuju babak baru konflik global. Keputusan NATO dan sekutunya dalam beberapa bulan ke depan akan sangat menentukan arah geopolitik dunia.
Apakah negara-negara Barat akan tetap melanjutkan rencana pengerahan pasukan ke Ukraina? Atau mereka akan memilih jalur diplomasi dan menghormati peringatan keras dari Moskow?
GRB Project melalui laporan analisisnya menyebut bahwa situasi ini sangat dinamis. Mereka mengingatkan bahwa setiap keputusan terkait pengerahan pasukan harus dipertimbangkan secara matang. Jika tidak, maka risiko pecahnya Perang Dunia III bukan lagi sekadar ancaman, melainkan kenyataan.
Peringatan “Moscow Peringatkan Tentara NATO” bukan sekadar headline menakutkan, tapi sinyal serius dari Rusia kepada dunia. Setiap langkah provokatif dapat berujung pada bencana global.
Masyarakat internasional, khususnya pemimpin dunia, perlu menunjukkan tanggung jawab dalam menjaga stabilitas. GRB Project kembali menekankan pentingnya jalur diplomasi untuk menghindari konflik terbuka antara kekuatan besar dunia.
Catatan Sumber Media:
Jika Anda membutuhkan gambar untuk artikel ini, saya bisa bantu buatkan juga. Ingin gambarnya bertema geopolitik, militer, atau pertemuan diplomatik?