Kudakyv – Amar Bank kembali menjadi sorotan setelah rasio kredit bermasalah atau Non-Performing Loan (NPL) mereka tercatat masih di atas 10%. Angka ini. Jauh di atas ambang batas ideal industri perbankan. Yang berada di kisaran 3%. Kondisi ini memicu perhatian otoritas keuangan. Investor. Dan publik. Sebagai bank yang dikenal aktif di sektor digital. Kinerja NPL Amar Bank memunculkan pertanyaan besar. Mengenai manajemen risiko. Strategi penyaluran kredit. Dan efektivitas sistem penagihan yang mereka jalankan.
Dalam laporan keuangan terakhir. Amar Bank melaporkan NPL gross sebesar 10,37% per kuartal pertama 2025. Angka ini relatif stagnan. Dibandingkan periode sebelumnya. Meskipun ada penurunan kecil secara tahunan. Namun. Secara industri. Angka ini tergolong tinggi. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan kekhawatiran. Karena NPL tinggi berisiko terhadap stabilitas sistem keuangan. Amar Bank sendiri menjelaskan bahwa penyebab utamanya berasal dari sektor UMKM. Dan pinjaman digital. Khususnya yang berasal dari produk Tunaiku. Pinjaman tanpa agunan (KTA) berbasis aplikasi ini. Menyumbang porsi besar dalam portofolio kredit. Tapi juga memiliki potensi gagal bayar yang tinggi.
“Baca Juga : Hasil Studi Klinis Fexuprazan Untuk Obat Baru Penderita GERD dan Gejala Heartburn”
Manajemen Amar Bank memberikan penjelasan resmi melalui konferensi pers terbuka. Mereka menyebut bahwa tingginya NPL bukan karena lemahnya sistem. Tapi akibat dari strategi ekspansi agresif beberapa tahun terakhir. Pihak bank mengakui. Bahwa penetrasi produk pinjaman ke segmen masyarakat berisiko tinggi. Telah memberikan dampak pada kualitas aset. Namun. Mereka juga menegaskan bahwa langkah mitigasi sudah dilakukan. Termasuk pengetatan syarat pinjaman. Penyesuaian algoritma pemeringkatan risiko. Serta peningkatan kemampuan tim kolektor internal. Amar Bank juga mengklaim telah melakukan pelatihan literasi keuangan. Kepada peminjam yang baru pertama kali mengakses kredit formal.
Selain faktor internal. Beberapa penyebab eksternal turut mempengaruhi tingginya NPL Amar Bank. Kondisi ekonomi makro yang belum sepenuhnya pulih. Setelah pandemi COVID-19. Menyebabkan banyak debitur kesulitan membayar. Terutama pelaku usaha kecil. Yang terdampak kenaikan biaya operasional. Selain itu. Kompetisi antar platform pinjaman digital yang ketat. Mendorong lembaga keuangan memberikan syarat longgar. Demi menarik nasabah. Hal ini memperbesar risiko moral hazard. Di mana nasabah meminjam tanpa itikad melunasi. Amar Bank juga menyebut meningkatnya kasus pinjaman ganda. Di berbagai platform. Menjadi penyebab utama gagal bayar.
“Simak juga: Arab Saudi Soroti Potensi Perang Libatkan AS”
Otoritas Jasa Keuangan tidak tinggal diam. Mereka memanggil manajemen Amar Bank. Untuk meminta klarifikasi atas lonjakan NPL. OJK mengingatkan bahwa pertumbuhan kredit harus dibarengi manajemen risiko yang memadai. Dalam waktu dekat. OJK akan melakukan pemeriksaan langsung (on-site). Dan memberikan rekomendasi perbaikan. Salah satunya. Mewajibkan bank memiliki cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) yang mencukupi. Selain itu. OJK mendorong adanya kerja sama antar platform digital. Untuk membangun basis data kredit yang lebih komprehensif. Dengan demikian. Risiko pinjaman ganda dan manipulasi data dapat ditekan. Amar Bank menyatakan siap bekerja sama.
NPL tinggi tidak hanya berdampak pada keuangan internal. Tapi juga memengaruhi persepsi pasar. Saham Amar Bank (kode: AMAR) sempat mengalami tekanan. Akibat sentimen negatif dari laporan NPL. Investor ritel banyak melakukan aksi jual. Meski pada kuartal kedua mulai terlihat stabilisasi. Analis pasar menyarankan investor tetap berhati-hati. Dan mencermati perbaikan fundamental. Amar Bank menyatakan fokus pada efisiensi operasional. Serta diversifikasi produk. Untuk memperbaiki margin keuntungan. Mereka juga membuka peluang kerja sama strategis. Dengan mitra teknologi. Untuk memperkuat sistem skor kredit. Dan menurunkan rasio kredit bermasalah secara bertahap.