Pasukan Moskow Menyerang Infrastruktur Energi Kyiv
Kudakyv – Pasukan Moskow Menyerang Infrastruktur Energi Kyiv
Pasukan Moskow kembali melancarkan serangan terhadap infrastruktur energi di Kyiv dan wilayah selatan Odesa. Serangan ini terjadi dalam skala besar dan menimbulkan dampak signifikan bagi penduduk setempat. Konflik yang terus berlanjut ini semakin memperparah kondisi di Ukraina, khususnya dalam aspek kelistrikan dan pemanas bagi warga.
Militer Ukraina berhasil menembak jatuh 87 pesawat tanpa awak dalam serangan semalam. Selain itu, sebanyak 70 pesawat lainnya kemungkinan hilang akibat tindakan pencegahan elektronik yang dilakukan oleh pasukan Kyiv. Serangan ini merupakan bagian dari konflik yang telah berlangsung selama lebih dari 1.093 hari sejak invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina dimulai.
“Baca Juga: Dampak Perekonomian Ukraina Akibat Perang Rusia-Ukraina“
Pasukan Moskow Menyerang Kyiv
Militer Ukraina mencatat bahwa Rusia meluncurkan sebanyak 160 pesawat tanpa awak dalam serangan terbaru mereka. Dari jumlah tersebut, 87 berhasil ditembak jatuh, sementara 70 lainnya tidak terdeteksi lebih lanjut. Serangan ini juga mencakup dua rudal balistik yang menargetkan wilayah Odesa.
Selain itu, pasukan Rusia mengklaim telah merebut kembali lebih dari 800 kilometer persegi wilayah dari pasukan Ukraina di Kursk, Rusia barat. Wilayah ini sebelumnya berada di bawah kendali pasukan Kyiv, tetapi kini sebagian besar telah kembali ke tangan Moskow.
Menurut perusahaan energi Kyiv, DTEK, serangan yang dilancarkan oleh Rusia terhadap infrastruktur energi telah menyebabkan pemadaman listrik di beberapa distrik di Odesa. Akibatnya, banyak warga mengalami kesulitan dalam mendapatkan pasokan listrik dan pemanas di tengah musim dingin yang berlangsung.
Moskow juga meluncurkan 161 pesawat nirawak dalam serangan udara terhadap berbagai kota di Ukraina. Dari jumlah tersebut, sebanyak 80 pesawat berhasil ditembak jatuh oleh pasukan pertahanan udara Ukraina, sedangkan 78 lainnya dinyatakan hilang. Wilayah Kharkiv juga menjadi sasaran serangan rudal dengan 14 misil yang diluncurkan oleh pasukan Rusia.
Ketegangan antara Rusia dan negara-negara Barat semakin meningkat. Gubernur Bank Sentral Rusia, Elvira Nabiullina, menegaskan bahwa negaranya tidak terlibat dalam pembicaraan dengan Amerika Serikat terkait pencabutan sanksi atau pembekuan cadangan devisa Rusia yang berada di luar negeri.
Sementara itu, Kremlin mengecam rencana Inggris yang berencana mengirim pasukan ke Ukraina sebagai bagian dari misi penjaga perdamaian. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menyatakan bahwa langkah tersebut dianggap sebagai ancaman langsung terhadap keamanan Rusia. Menurutnya, keterlibatan pasukan dari negara anggota NATO dapat menimbulkan konsekuensi serius terhadap situasi di wilayah konflik tersebut.
Peskov juga mengungkapkan bahwa Rusia telah menyetujui pembicaraan lanjutan dengan Amerika Serikat terkait berbagai aspek perang di Ukraina, termasuk kemungkinan pertukaran tahanan. Ia juga mengkritik Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, atas pernyataannya mengenai Donald Trump. Zelensky menuding Trump hidup dalam “gelembung disinformasi” yang dipicu oleh propaganda Rusia.
Dari sisi diplomasi internasional, Ukraina telah memulai pembicaraan dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk meninjau kembali program pinjaman terbaru. Jika disetujui, langkah ini akan membuka akses bagi Ukraina terhadap dana tambahan sebesar 917 juta dolar AS. Dana ini diharapkan dapat membantu pemulihan ekonomi dan memperkuat ketahanan energi negara tersebut di tengah gempuran Rusia.
“Simak Juga: Komnas HAM Respon Kebijakan Pemerintah Soal Pemangkasan Anggaran HAM“
Kepala intelijen militer Ukraina, Kyrylo Budanov, menyatakan keyakinannya bahwa kemungkinan gencatan senjata antara Rusia dan Kyiv dapat terjadi dalam tahun ini. Namun, ia juga menambahkan bahwa efektivitas dan durasi gencatan senjata tersebut masih menjadi tanda tanya.
Kantor berita Associated Press melaporkan bahwa Presiden Zelensky mengadakan pertemuan dengan Keith Kellogg, utusan khusus Trump untuk Ukraina dan Rusia. Meski awalnya direncanakan adanya konferensi pers bersama, acara tersebut dibatalkan atas permintaan pemerintah Amerika Serikat. Zelensky menegaskan bahwa pertemuan tersebut berlangsung dengan baik dan memberikan harapan bagi masa depan hubungan diplomasi antara Kyiv dan Washington.
Ketua NATO, Mark Rutte, menyatakan bahwa jaminan keamanan Eropa bagi Ukraina dalam kesepakatan damai di masa depan harus didukung oleh Amerika Serikat. Namun, ia menekankan bahwa dukungan tersebut tidak berarti pengiriman pasukan ke lapangan, melainkan bentuk bantuan yang dapat mencegah eskalasi konflik lebih lanjut.
Meskipun terdapat ketegangan antara Ukraina dan AS, Zelensky menyatakan bahwa Kyiv tetap berkomitmen untuk bekerja sama dengan Washington. Ukraina tengah mengupayakan perjanjian investasi dan keamanan yang kuat guna menghadapi Rusia serta menciptakan kesepakatan damai yang menguntungkan semua pihak.
Serangan terbaru yang dilancarkan oleh pasukan Moskow terhadap infrastruktur energi di Kyiv dan Odesa menunjukkan eskalasi konflik yang masih berlanjut. Militer Ukraina terus berusaha mempertahankan wilayahnya dengan menembak jatuh pesawat tanpa awak dan melawan serangan rudal dari Rusia.
Dari sisi politik dan diplomasi, berbagai negara terus berupaya mencari jalan keluar dari konflik ini. Perundingan antara Ukraina, Rusia, serta negara-negara Barat masih berlangsung, meskipun ketegangan tetap tinggi. Dukungan dari komunitas internasional, seperti Dana Moneter Internasional dan NATO, menjadi faktor kunci dalam memperkuat pertahanan dan ekonomi Ukraina.
Dalam situasi yang terus berkembang, peran media berita seperti Kudakyiv.com menjadi sangat penting dalam menyampaikan informasi akurat dan terkini mengenai perang yang masih berlangsung ini. Publik harus tetap mendapatkan berita terpercaya agar dapat memahami kondisi sebenarnya di Ukraina.