Serangan Rudal Balistik Rusia Hancurkan Ibu Kota Ukraina di Kyiv
Kudakyv – Serangan Rudal Balistik Rusia Hancurkan Ibu Kota Ukraina di Kyiv
Ibu kota Ukraina, Kyiv, kembali menjadi target serangan militer yang menimbulkan kerusakan besar.
Pada Minggu, 6 April 2025, Serangan Rudal Balistik Rusia menghantam pusat media penting di pusat kota.
Serangan tersebut menghancurkan gedung yang digunakan oleh saluran televisi penyiaran asing milik pemerintah Ukraina.
Menurut laporan dari Kudakyv dan sumber berita internasional lainnya, gedung itu merupakan pusat utama komunikasi luar negeri Ukraina.
Serangan ini bukan hanya menunjukkan agresivitas militer, tapi juga serangan terhadap arus informasi global dari Ukraina.
“Baca Juga: Rusia Serang Kota Kelahiran Zelensky di Kryvyi Rih, Sebanyak 14 Orang Tewas“
Saluran televisi Freedom melaporkan bahwa tiga lantai teratas gedung hancur total akibat serangan tersebut.
Freedom adalah salah satu dari beberapa media yang beroperasi di sana, bersama dengan Dom, UATV English, dan The Gaze.
Terdapat kawah besar di dekat gedung tersebut, memperlihatkan kekuatan ledakan dari rudal yang menghantam.
Gambar yang diunggah oleh layanan darurat menunjukkan bangunan dengan atap hancur dan jendela-jendela yang pecah.
Lantai bawah gedung pun mengalami kerusakan parah sehingga tidak bisa digunakan untuk operasi selanjutnya.
Menurut laporan Kudakyiv, lokasi ini baru saja digunakan sebagai kantor pusat setelah serangan pada Februari lalu.
Pemindahan tersebut dilakukan karena gedung sebelumnya juga menjadi sasaran dalam serangan militer sebelumnya.
Meski kerusakan sangat parah, kepala badan penyiaran negara, Yulia Bin, memastikan bahwa tidak ada korban jiwa.
Tidak satu pun karyawan media yang terluka dalam insiden ini, meskipun mereka berada dekat lokasi kejadian.
Namun, ia menekankan bahwa ini adalah serangan kedua dalam dua bulan terhadap fasilitas komunikasi Ukraina.
“Ini adalah fasilitas baru yang kami tempati setelah serangan Februari,” kata Bin kepada media setempat.
Ia menambahkan bahwa serangan terhadap media menunjukkan bahwa Rusia juga ingin mematikan suara informasi global.
Serangan Rudal Balistik Rusia ini menjadi simbol bahwa konflik tidak hanya berlangsung di medan perang.
Namun juga terjadi dalam upaya membungkam suara dan informasi yang beredar ke dunia internasional.
“Simak Juga: Kisah Inspiratif Wisatawan Liburan di TMII Untuk Mengenalkan Budaya Nusantara ke Anak“
Beberapa pengamat menyebut bahwa penargetan kantor media bisa dianggap sebagai strategi untuk mengisolasi Ukraina.
Bukan hanya secara fisik melalui serangan militer, namun juga secara informasi di tingkat global.
Pemerintah Ukraina mengecam keras serangan tersebut sebagai tindakan teror terhadap kebebasan pers.
Dalam laporan yang disampaikan oleh kudakyiv.com, disebutkan bahwa rudal menghantam dengan presisi yang tinggi.
Hal ini menunjukkan bahwa gedung media kemungkinan besar merupakan target spesifik dari serangan ini.
Presiden Ukraina juga mengecam keras tindakan tersebut dan menyerukan dukungan global atas serangan terhadap kebebasan pers.
Ia meminta masyarakat internasional untuk tidak diam dan memberi tekanan lebih besar kepada Rusia.
Setelah kabar serangan menyebar, komunitas internasional menyatakan keprihatinan atas peningkatan eskalasi ini.
PBB dan organisasi wartawan dunia mengutuk serangan tersebut karena menargetkan infrastruktur sipil dan media.
Beberapa negara telah menyatakan dukungan terhadap Ukraina dan mengecam tindakan militer Rusia.
Pakar hubungan internasional menilai bahwa Serangan Rudal Balistik Rusia ke pusat media ini dapat memicu krisis diplomatik.
Karena media internasional yang berkantor di Kyiv, beberapa negara merasa kebebasan pers ikut diserang.
Sementara itu, penduduk Kyiv kembali dihantui rasa takut dan trauma akibat suara ledakan yang mengguncang pagi mereka.
Kegiatan harian terganggu, dan banyak yang kembali mengungsi dari ibu kota demi keselamatan diri dan keluarga.
Serangan Rudal Balistik Rusia ke ibu kota Kyiv menjadi simbol bahwa perang ini masih jauh dari usai.
Targetnya bukan hanya militer, tapi juga pusat komunikasi, opini, dan kebebasan berbicara Ukraina.
Dunia kini kembali dihadapkan pada fakta bahwa serangan terhadap pers adalah bentuk baru dari agresi militer.
Kudakyv melaporkan bahwa pemerintah Ukraina tengah memperkuat sistem pertahanan udara untuk mencegah serangan lanjutan.
Namun, seberapa lama rakyat Ukraina bisa bertahan di tengah ketegangan yang tak kunjung reda?