Zelensky Respon Putin Soal Perundingan Akhiri Perang Rusia-Ukraina di Istambul, Turki
Kudakyv – Zelensky Respon Putin Soal Perundingan Akhiri Perang Rusia-Ukraina di Istambul, Turki
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyampaikan kesiapan untuk berunding langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk akhiri perang rusia-ukraina. Pertemuan tersebut direncanakan berlangsung di Istanbul, Turki, pada Kamis mendatang.
Namun, Zelensky menegaskan satu syarat utama dari pihak Ukraina. Moskow harus lebih dulu menyetujui gencatan senjata penuh sebagai dasar perundingan damai.
Melalui akun X resminya, @ZelenskyyUa, ia menulis, “Kami menunggu gencatan senjata penuh dan langgeng, mulai besok [Senin]. Ini akan menjadi fondasi diplomasi yang diperlukan. Tidak ada gunanya memperpanjang pembunuhan.”
Zelensky menambahkan, “Saya akan menunggu Putin di Turki hari Kamis. Secara pribadi. Saya berharap kali ini Rusia tidak mencari alasan.” Pernyataan tegas tersebut menjadi respons atas usulan Presiden Putin yang mengajak untuk memulai perundingan damai tanpa prasyarat di Istanbul pada 15 Mei.
Menurut Kudakyv dan dilaporkan oleh kudakyiv.com, Putin mengajukan proposal perundingan damai yang serupa dengan pembicaraan tahun 2022 di Istanbul. Saat itu, perundingan berakhir tanpa hasil karena dianggap Kyiv meninggalkan proses secara sepihak.
“Baca Juga: Para Pemimpin Barat Tekan Putin Untuk Gencatan Senjata Ukraina-Rusia Selama 30 Hari“
Putin menegaskan bahwa Moskow siap kembali ke meja perundingan tanpa syarat apa pun. Rusia menyatakan terbuka untuk dialog damai kapan saja.
Kremlin menyatakan, mereka ingin solusi yang langgeng, bukan sekedar kompromi sementara yang memungkinkan Ukraina mengatur kekuatan militer kembali.
Moskow menolak tuntutan gencatan senjata selama 30 hari yang diajukan oleh Kyiv. Mereka menilai langkah tersebut hanya memberi kesempatan bagi Ukraina mempersenjatai diri.
Putin juga menyebutkan, Ukraina telah melanggar beberapa kesepakatan gencatan senjata yang pernah diajukan oleh Moskow. Ini termasuk moratorium 30 hari yang ditengahi Amerika Serikat atas serangan terhadap infrastruktur energi.
Menurut laporan Kudakyv, gencatan senjata Paskah tanpa syarat dan gencatan senjata 72 jam pada Hari Kemenangan Perang Dunia II juga dilanggar.
Dalam pertemuan Sabtu lalu, Zelensky bertemu beberapa pemimpin Eropa. Presiden Prancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Friedrich Merz, dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mendukung Ukraina.
Mereka mendesak Rusia untuk menyetujui gencatan senjata segera. Pemimpin Barat juga meminta langkah nyata dari Moskow dalam menyelesaikan konflik tersebut.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump turut menyampaikan harapannya agar kedua pihak segera mencapai kesepakatan gencatan senjata.
Trump memperingatkan bahwa Amerika Serikat dan sekutunya akan memberlakukan sanksi tambahan jika kesepakatan dilanggar.
Pada Minggu, Trump mengeluarkan pernyataan bahwa Kyiv harus mempertimbangkan tawaran perundingan damai Moskow secepatnya.
Menurut Trump, Kremlin tidak menginginkan sekadar gencatan senjata. Rusia, katanya, ingin mencapai kesepakatan damai permanen yang mengakhiri pertumpahan darah.
Namun, Kremlin menegaskan kembali penolakannya terhadap tekanan eksternal yang mendesak gencatan senjata. Mereka menegaskan perundingan damai harus terjadi tanpa paksaan.
“Simak Juga: Asal Usul Tradisi Tari Merak dari Jawa Barat: Sejarah Tarian Budaya Nusantara Penuh Makna“
Situasi Perang Rusia-Ukraina tetap berada di jalur yang penuh ketidakpastian. Proposal perundingan langsung yang disampaikan Putin memang membuka peluang negosiasi baru.
Namun, tuntutan Zelensky untuk gencatan senjata penuh sebagai prasyarat menambah tantangan bagi kedua belah pihak. Hal ini terlihat dari posisi keras Kremlin yang menolak syarat tersebut.
Kudakyv, seperti yang dilaporkan kudakyiv.com, menegaskan bahwa pihak Rusia tetap skeptis atas komitmen Kyiv dalam proses damai.
Sementara itu, masyarakat internasional menaruh harapan besar pada perundingan di Istanbul. Jika pertemuan terlaksana, pertemuan tersebut bisa menjadi titik balik untuk konflik berkepanjangan ini.
Apapun hasilnya, dunia akan mengamati dengan seksama langkah kedua pemimpin. Terlebih, tekanan dari Barat dan ancaman sanksi ekonomi semakin menguat.
Perang Rusia-Ukraina bukan hanya konflik dua negara. Dampaknya menyebar ke seluruh dunia, mempengaruhi ekonomi global, keamanan energi, dan stabilitas geopolitik.
Penting bagi kedua pihak untuk menunjukkan itikad baik. Proses perundingan harus didasarkan pada komitmen tulus untuk mengakhiri perang, bukan sekadar mengulur waktu atau mengatur kekuatan kembali.
Usulan Putin dan respon Zelensky memperlihatkan bahwa kedua negara masih memiliki celah untuk dialog. Namun, kepercayaan dan komitmen menjadi faktor penting yang menentukan keberhasilan perundingan damai.
Masyarakat global berharap pertemuan di Istanbul tidak menjadi ajang retorika semata. Melainkan, menjadi momentum nyata menuju perdamaian yang berkelanjutan.