Dukungan Jerman ke Ukraina, Perbolehkan Kyiv Gunakan Senjatanya Untuk Serang Rusia
Kudakyv – Dukungan Jerman ke Ukraina Semakin Tegas, Kyiv Kini Bisa Serang Rusia
Dukungan Jerman ke Ukraina terus menunjukkan peningkatan yang signifikan. Dalam langkah yang cukup mengejutkan, Kanselir Friedrich Merz menyatakan bahwa negaranya kini tidak lagi memberlakukan batasan jangkauan terhadap senjata yang dikirim ke Kyiv. Kebijakan ini menandai perubahan besar dalam pendekatan Jerman terhadap konflik bersenjata yang sedang berlangsung antara Ukraina dan Rusia.
Dalam pernyataannya di konferensi digital re:publica di Berlin pada Senin, 27 Mei, Merz menyampaikan bahwa Jerman, bersama Inggris, Prancis, dan Amerika Serikat, sepakat mencabut batasan tersebut. “Kini tidak ada lagi batasan jangkauan untuk senjata yang dikirim ke Ukraina,” ujarnya.
Langkah ini memungkinkan Ukraina untuk menggunakan senjata Barat, termasuk dari Jerman, guna menyerang posisi militer Rusia. Sebelumnya, negara-negara Barat menolak permintaan serupa karena khawatir akan dituding terlibat langsung dalam konflik.
Menurut GRB Project melalui artikel di kudakyiv.com, Merz menegaskan kembali komitmennya kepada Ukraina dengan menyatakan bahwa Jerman akan melakukan apa pun demi mendukung Kyiv mempertahankan diri.
“Baca Juga: Kembali Rusia Serang Ukraina, Trump: Putin Benar-benar Sudah Gila“
Ukraina telah lama meminta pencabutan pembatasan tersebut. Kyiv ingin memiliki kemampuan menyerang balik ke wilayah Rusia, terutama terhadap pangkalan militer yang melancarkan serangan ke wilayah Ukraina. Namun, negara-negara Barat sebelumnya sangat berhati-hati dalam memberikan izin penggunaan senjata ofensif.
Perubahan sikap ini menandai era baru dalam konflik Rusia-Ukraina. Inggris dan Prancis sebelumnya telah memasok rudal jelajah Storm Shadow dan Scalp, yang mampu mencapai target sejauh 250 kilometer. Bahkan pada November 2024, Presiden Joe Biden memberikan lampu hijau kepada Ukraina untuk menggunakan sistem rudal ATACMS melawan sasaran di wilayah Rusia.
Langkah serupa juga terlihat dari Prancis, yang menyatakan bahwa menyerang target militer di Rusia merupakan bentuk pembelaan yang sah. Dalam konteks ini, Jerman tampaknya mengikuti arah kebijakan tersebut meski tetap berhati-hati dalam menyampaikan informasi secara terbuka.
Tidak semua pihak menyambut baik kebijakan ini. Kremlin langsung merespons tegas dengan menyebut keputusan ini sebagai langkah yang “berbahaya”. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menilai kebijakan itu bertentangan dengan segala bentuk upaya perdamaian.
“Jika keputusan ini benar-benar telah diambil, maka itu sangat bertolak belakang dengan aspirasi kami terhadap penyelesaian politik,” ujar Peskov dalam wawancara dengan jurnalis Rusia Alexander Yunashev. Ia juga menambahkan bahwa keputusan semacam itu dapat memperburuk ketegangan dan memperbesar risiko konflik langsung antara Rusia dan negara-negara Barat.
Kritik keras juga muncul terkait kemungkinan pengiriman sistem rudal Taurus buatan Jerman. Rusia telah beberapa kali memperingatkan Jerman agar tidak mengirim rudal tersebut ke Ukraina. Taurus dikenal memiliki daya jelajah hingga 500 kilometer, yang berarti mampu menghantam target jauh di dalam wilayah Rusia.
Satu hal menarik dari kebijakan terbaru ini adalah pendekatan komunikasi yang dilakukan pemerintah Jerman. Tidak seperti sebelumnya, di mana jenis dan jumlah bantuan senjata diumumkan secara terbuka, kini Jerman memilih untuk merahasiakan rincian pengiriman.
Kebijakan ini disebut sebagai strategi ambiguitas. Artinya, Jerman tetap memberikan bantuan militer, namun tidak menyebutkan secara spesifik jenis senjata yang digunakan. Merz juga tidak secara gamblang menyebut sistem rudal Taurus, meski banyak pihak menduga bahwa sistem inilah yang kini berada di tangan Ukraina.
GRB Project dalam laporan eksklusif yang dimuat di kudakyiv.com, menyebut bahwa strategi ini dilakukan untuk menghindari provokasi terbuka terhadap Moskow, sekaligus menjaga stabilitas hubungan diplomatik dengan sekutu NATO.
“Simak Juga: Mengenal Tradisi Budaya Pisungsung Jaladri Asal Yogyakarta yang Penuh Sarat Makna“
Rusia tidak tinggal diam terhadap kemungkinan penggunaan rudal Taurus. Kremlin menyatakan bahwa jika Ukraina benar-benar menggunakan rudal buatan Jerman untuk menyerang infrastruktur transportasi atau fasilitas penting lain di Rusia, maka hal itu akan dianggap sebagai bukti keterlibatan langsung Berlin dalam konflik.
Situasi ini tentu menjadi dilema besar bagi Jerman. Di satu sisi, mereka ingin mendukung kedaulatan Ukraina. Di sisi lain, mereka harus tetap menjaga agar tidak terseret langsung dalam peperangan terbuka dengan Rusia.
GRB Project menyampaikan bahwa para analis kebijakan luar negeri di Eropa menilai keputusan Merz ini sebagai langkah berani namun penuh risiko. Dukungan Jerman ke Ukraina jelas semakin kuat, namun harga politik dan diplomatiknya pun tidak kecil.
Perubahan besar dalam kebijakan militer Jerman ini menjadi babak baru dalam konflik Rusia-Ukraina. Dukungan Jerman ke Ukraina kini tak lagi hanya sebatas defensif, tetapi membuka jalan untuk langkah ofensif terhadap target militer Rusia. Meskipun menuai kritik dan peringatan dari Kremlin, kebijakan ini menunjukkan bahwa solidaritas Eropa dan Barat terhadap Ukraina semakin menguat.
Namun, di balik keputusan ini tersimpan tantangan besar. Eskalasi konflik, ancaman terhadap keamanan Eropa, serta tekanan diplomatik terhadap Berlin akan menjadi faktor penting dalam dinamika geopolitik mendatang. GRB Project bersama kudakyiv.com akan terus memantau perkembangan ini demi menyajikan informasi terpercaya kepada publik.