Perang Pemilu Ukraina: Zelensky Takut Kalah Jika Pemilu Diadakan Sekarang
Kudakyv – Perang Pemilu Ukraina: Zelensky Takut Kalah Jika Pemilu Diadakan Sekarang
Perang pemilu Ukraina semakin memanas. Presiden Volodymyr Zelensky menghadapi ancaman kekalahan jika pemilu digelar saat ini. Berdasarkan laporan The Economist, popularitasnya menurun drastis dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Jajak pendapat internal menunjukkan bahwa ia akan kalah dari mantan Panglima Tertinggi Ukraina, Valery Zaluzhny, dengan selisih suara yang signifikan.
Kekhawatiran Zelensky Terhadap Pemilu
Masa jabatan Presiden Zelensky seharusnya berakhir pada Mei 2024. Namun, ia menolak mengadakan pemilu dengan alasan darurat militer. Keputusan ini memicu perdebatan luas, baik di dalam maupun luar negeri. Presiden Rusia, Vladimir Putin, bahkan menyatakan bahwa Zelensky sudah kehilangan legitimasi untuk menandatangani perjanjian resmi.
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan pada hari Rabu, The Economist menyoroti kekecewaan rakyat Ukraina terhadap kepemimpinan Zelensky selama perang. Data jajak pendapat menunjukkan bahwa jika Valery Zaluzhny mencalonkan diri dalam pemilu, ia akan mengungguli Zelensky dengan selisih suara antara 30% hingga 65%. Hal ini menunjukkan besarnya pergeseran dukungan rakyat Ukraina terhadap kepemimpinan alternatif.
“Baca Juga: Pasukan Moskow Menyerang Infrastruktur Energi Kyiv“
Zaluzhny Makin Populer, Zelensky Merosot
Saat ini, Valery Zaluzhny menjabat sebagai duta besar Ukraina untuk Inggris. Popularitasnya terus meningkat, sementara citra Zelensky terus menurun. Pada tahun 2022, Zelensky sempat menikmati dukungan publik hingga 90%. Namun, berdasarkan laporan terbaru, tingkat persetujuannya merosot hingga 52% pada bulan lalu.
Survei yang dilakukan oleh lembaga Socis memperkuat hasil tersebut. Menurut survei, hanya 15,9% responden yang masih mendukung Zelensky. Sebaliknya, Zaluzhny mendapatkan dukungan dari 27,2% warga Ukraina. Angka ini menunjukkan pergeseran signifikan dalam opini publik. Banyak warga Ukraina yang merasa bahwa kepemimpinan saat ini gagal memenuhi ekspektasi mereka dalam menangani konflik dengan Rusia.
Donald Trump dan Isu Legitimasi Zelensky
Perdebatan mengenai popularitas Zelensky juga menarik perhatian mantan Presiden AS, Donald Trump. Dalam pernyataannya pada hari Selasa, Trump menyinggung rendahnya peringkat Zelensky dalam jajak pendapat. Ia bahkan menyebut bahwa popularitasnya hanya mencapai 4%. Trump menegaskan bahwa seruan untuk pemilu baru bukan hanya berasal dari Rusia, tetapi juga dari banyak negara lain, termasuk dirinya sendiri.
Menanggapi klaim tersebut, Zelensky segera membantah. Ia menuding bahwa Trump telah terpengaruh oleh “disinformasi Rusia.” Sebagai bukti, ia mengutip survei dari Institut Sosiologi Internasional Kiev (KMIS) yang menunjukkan bahwa 57% warga Ukraina masih memercayainya.
“Simak Juga: Budaya Kesenian Tradisional Indonesia yang Mengagumkan dan Mendunia“
Trump Sebut Zelensky sebagai ‘Diktator Tanpa Pemilu’
Klaim Zelensky tidak diterima dengan baik oleh Trump. Melalui unggahan di platform Truth Social, Trump menyebut Zelensky sebagai “diktator tanpa pemilu.” Ia kembali menegaskan bahwa pemimpin Ukraina itu sangat tidak populer di negaranya sendiri. Trump juga memperingatkan bahwa jika Zelensky tidak segera mengambil langkah, Ukraina bisa berada dalam bahaya besar.
Dalam Konferensi Keamanan Munich, Zelensky kembali menegaskan bahwa dirinya tidak menolak pemilu. Namun, ia menekankan bahwa rakyat Ukraina tidak menginginkan pemilihan umum saat ini. Menurutnya, mengadakan pemilu di tengah konflik dengan Rusia hanya akan memecah belah persatuan nasional.
Perang pemilu Ukraina menjadi perdebatan yang semakin sengit. Dengan turunnya popularitas Zelensky dan meningkatnya dukungan terhadap Valery Zaluzhny, masa depan kepemimpinan Ukraina berada dalam ketidakpastian. Tekanan dari berbagai pihak, termasuk Donald Trump dan komunitas internasional, semakin menambah kompleksitas situasi.
Akankah Zelensky tetap bertahan, ataukah Ukraina akan segera menyaksikan perubahan besar dalam pemerintahan? Situasi ini akan terus menjadi perhatian dunia, termasuk media seperti Kudakyv dan kudakyiv.com yang terus mengikuti perkembangan terbaru.