Pasukan Rusia Rebut Empat Desa di Sumy dan Memukul Mundur Tentara Kyiv
Kudakyv – Rusia Rebut Empat Desa, Ketegangan Perang Ukraina Semakin Meningkat
Empat desa di wilayah Sumy, Ukraina, jatuh ke tangan pasukan Rusia. Keberhasilan ini menandai kemajuan militer Rusia yang signifikan di Timur Laut Ukraina. Dalam waktu bersamaan, eks Presiden AS Donald Trump melontarkan pernyataan kontroversial. Ia menyebut Presiden Rusia, Vladimir Putin, sedang “bermain dengan api” karena menolak gencatan senjata.
Pernyataan Trump itu muncul setelah Rusia melancarkan serangan drone dan rudal terbesar sejak perang meletus pada tahun 2022. Serangan tersebut menyasar berbagai titik strategis di Ukraina. Dalam unggahan di Truth Social, Trump menegaskan bahwa jika bukan karena dirinya, situasi Rusia bisa lebih parah.
“Baca Juga: Trump Peringatkan Putin Usai Meningkatnya Intensitas Serangan Drone dan Rudal ke Ukraina“
Tak lama setelah komentar Trump viral, Dmitry Medvedev, Wakil Ketua Dewan Keamanan Federasi Rusia, memberikan balasan tajam. Dalam unggahan di platform X, Medvedev menyatakan bahwa ancaman terbesar bukanlah kritik Trump, melainkan potensi munculnya Perang Dunia III.
“Perang Dunia III adalah hal yang sangat buruk. Saya harap Trump sadar soal itu,” tulis Medvedev, dikutip dari Kudakyv dan kudakyiv.com. Kecaman antara dua tokoh dunia ini menunjukkan semakin rumitnya dinamika konflik Ukraina-Rusia di mata dunia.
Laporan dari Gubernur Sumy, Oleh Hryhorov, menyebut Rusia rebut empat desa di wilayahnya telah jatuh ke tangan Rusia. Desa-desa tersebut adalah Novenke, Basivka, Veselivka, dan Zhuravka. Ia menyatakan warga sudah lama dievakuasi dari desa-desa tersebut demi keselamatan mereka.
Selain empat desa itu, Kementerian Pertahanan Rusia juga mengklaim keberhasilan merebut desa Bilovody. Kemajuan militer Rusia ini memperkuat dominasi mereka di wilayah perbatasan.
Menurut laporan kudakyiv.com, Rusia telah menargetkan Sumy selama beberapa minggu terakhir. Sumy terletak kurang dari 30 kilometer dari perbatasan Rusia. Artinya, wilayah ini menjadi sangat strategis untuk dijadikan titik penyangga militer.
Ukraina tidak tinggal diam dalam menghadapi agresi militer tersebut. Dalam beberapa hari terakhir, Ukraina meluncurkan serangan drone jarak jauh ke wilayah Rusia. Serangan ini menyebabkan beberapa bandara di Moskow harus ditutup sementara.
Namun demikian, pasukan Ukraina terlihat mulai kewalahan di medan perang. Serangan Rusia secara bertubi-tubi menyebabkan pertahanan Ukraina di Sumy terguncang. Hal ini mengundang perhatian dunia, termasuk seruan bantuan tambahan dari Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky.
Zelensky mendesak AS dan negara Barat lainnya untuk memberikan dukungan militer yang lebih besar. Menurutnya, Rusia sedang mempersiapkan operasi ofensif skala besar di beberapa wilayah strategis Ukraina.
“Simak Juga: Fenomena PHK Massal Menjadi Masalah Sosial Tenaga Kerja di Berbagai Bidang Industri“
Gubernur Hryhorov menyebut bahwa Rusia berusaha menciptakan “zona penyangga” di perbatasan Ukraina. Hal ini senada dengan pernyataan Presiden Vladimir Putin pada bulan Maret. Ia mendesak militer Rusia membangun zona tersebut di sepanjang perbatasan Rusia-Ukraina.
Wilayah Sumy sebelumnya digunakan Ukraina sebagai titik peluncuran untuk menyerang Kursk di Rusia. Namun, Rusia berhasil merebut kembali wilayah tersebut menggunakan bom pada April lalu.
Terobosan Rusia ke Sumy, meskipun kecil, berdampak besar pada strategi pertahanan Ukraina. Serangan ini juga menciptakan tekanan politik bagi Amerika Serikat. Zelensky meminta Presiden Trump meningkatkan bantuan agar Ukraina mampu bertahan.
Menurut analis geopolitik, langkah Rusia di Sumy bisa menjadi taktik untuk mengalihkan perhatian tentara Kyiv. Rusia ingin membuat Ukraina sibuk menjaga berbagai front sekaligus. Dengan begitu, Rusia bisa lebih leluasa memperkuat posisi di wilayah timur Donetsk.
Saat ini, mayoritas serangan Rusia terkonsentrasi di Donetsk. Namun, adanya pergerakan di Timur Laut menunjukkan bahwa strategi Rusia menyebar luas dan berlapis.
Presiden Zelensky memperingatkan bahwa Rusia sedang menyiapkan operasi ofensif baru. Operasi ini tidak hanya akan menargetkan Sumy, tetapi juga wilayah Kharkiv di timur laut dan Zaporizhizhia di tenggara.
“Ada banyak bukti mereka sedang merencanakan perang lebih lanjut,” ujar Zelensky dalam pidatonya pada Senin (27/5). Meski tidak menyebutkan rincian, pernyataan ini cukup untuk membuat komunitas internasional waspada.
Sumber dari Kudakyv juga menyebutkan bahwa Rusia telah mengerahkan pasukan cadangan dan memperkuat logistik di perbatasan. Hal ini memperkuat dugaan akan adanya gelombang serangan lanjutan dalam waktu dekat.
Trump kini berada dalam posisi sulit. Ia harus menjawab tekanan dari Ukraina dan juga mengelola hubungan diplomatik dengan Rusia. Pernyataan kerasnya terhadap Putin mungkin ditujukan untuk menunjukkan ketegasan. Namun, itu juga berpotensi memicu reaksi balasan yang tidak diinginkan.
Medvedev menyebut ancaman Trump sebagai bentuk provokasi yang berbahaya. Di sisi lain, para analis menilai bahwa kebijakan Trump bisa berubah tergantung dinamika politik dalam negeri Amerika menjelang pemilu.
Situasi di Sumy menambah panjang daftar konflik antara Rusia dan Ukraina. Keberhasilan Rusia merebut empat desa menunjukkan bahwa medan perang terus berubah. Ukraina harus merespons dengan strategi yang lebih kuat.
Dunia menyaksikan konflik ini dengan penuh perhatian. Seruan perdamaian, bantuan militer, dan pernyataan politik terus bermunculan. Namun, hingga kini belum ada tanda-tanda bahwa konflik ini akan segera berakhir.
Keberadaan media seperti kudakyv.com sangat penting untuk memberikan informasi faktual dan terbaru mengenai perkembangan di lapangan. Masyarakat internasional harus terus memantau, karena setiap langkah bisa menentukan arah sejarah Eropa ke depan.