Rusia Terus Gempur Ukraina, Trump Marah Besar Dengan Putin
Kudakyv – Rusia Terus Gempur Ukraina, Trump Marah Besar Dengan Putin
Konflik antara Rusia dan Ukraina kembali memanas. Rusia terus gempur Ukraina tanpa menunjukkan tanda-tanda mereda. Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menanggapi situasi ini dengan penuh kemarahan. Ia menyampaikan ketidakpuasannya atas tindakan brutal Rusia terhadap Ukraina.
Trump berbicara langsung kepada wartawan di Gedung Putih. Ia mengatakan bahwa dirinya “tidak senang” dengan aksi militer yang dilancarkan Moskow terhadap Kyiv dalam beberapa pekan terakhir. Serangan-serangan ini semakin memperburuk kondisi warga sipil di Ukraina.
Menurut laporan Kudakyv, Trump menyebut Rusia telah melakukan pengeboman “secara gila-gilaan”. Hal ini disampaikannya meski kedua pihak dikabarkan hampir mencapai kesepakatan damai. Namun, Trump merasa serangan terus-menerus ini menjadi hambatan besar bagi perdamaian.
“Baca Juga: Fakta Rusia Takkan Kalah Dalam Perang Dengan Ukraina, Kekuatan Militer Konvensional Rusia“
Moskow dan Kyiv telah terlibat perang selama tiga tahun. Selama periode itu, korban jiwa dan kerusakan terus bertambah. Trump menyebut situasi ini sebagai “bukan hal yang baik”. Ia bahkan mengklaim bahwa kesepakatan damai sebenarnya sudah hampir tercapai.
Namun, menurut Trump, serangan Rusia yang makin brutal membuat semua harapan damai menjadi kabur. “Kami bertemu dengan Rusia, kami bertemu dengan Ukraina, dan hampir mencapai kesepakatan. Tapi pengeboman pekan terakhir sangat mengerikan,” ujar Trump.
Pernyataan ini menegaskan bahwa Amerika Serikat tidak tinggal diam. Trump menekan Rusia untuk segera menghentikan pengeboman yang dianggapnya tidak manusiawi. Dalam konferensi pers hari Minggu (6/4), Trump juga menyampaikan bahwa dirinya “ingin Rusia berhenti sekarang juga.”
Pada bulan Maret lalu, Trump mengaku sangat marah kepada Presiden Rusia, Vladimir Putin. Ia mengungkapkan bahwa tindakan Putin memperkeruh suasana dan menambah penderitaan warga sipil. “Saya tidak suka pengeboman itu,” tegas Trump kepada media.
Ketegangan antara Trump dan Putin bukan hal baru. Namun kali ini, Trump menyampaikan kemarahannya secara terbuka. Ini menunjukkan betapa seriusnya Amerika memandang serangan Rusia terhadap Ukraina.
Komentar Trump datang hanya beberapa jam setelah Kremlin menyatakan dukungan atas gagasan gencatan senjata. Meskipun begitu, pihak Kremlin mengaku masih memiliki banyak pertanyaan mengenai implementasi kesepakatan damai tersebut.
“Simak Juga: Kebijakan Hak Asasi Manusia: Pengertian, Tujuan dan Manfaat bagi Masyarakat“
Meski Kremlin memberikan sinyal positif, banyak pihak di AS dan Eropa meragukan ketulusan niat Rusia. Kudakyiv.com melaporkan bahwa beberapa pengamat menyebut pernyataan Kremlin hanyalah strategi untuk mengulur waktu.
Serangan yang terus berlangsung memperkuat anggapan bahwa Rusia belum benar-benar berniat untuk berhenti. Ini semakin membuat frustrasi pihak-pihak yang mendukung perdamaian.
Trump pun tidak tinggal diam. Ia kembali menegaskan janji kampanyenya. Jika kembali menjabat sebagai Presiden AS pada Januari mendatang, ia akan mewujudkan perdamaian dalam waktu “24 jam”.
Pernyataan ini menuai reaksi beragam. Beberapa pihak menganggapnya terlalu optimis. Namun tidak sedikit juga yang percaya bahwa Trump memiliki pengaruh kuat untuk menekan Rusia dan Ukraina agar duduk bersama.
Pada bulan Maret lalu, Amerika Serikat bersama Ukraina mengusulkan gencatan senjata menyeluruh dan tanpa syarat. Namun, Putin menolak usulan tersebut. Ia menganggap bahwa proposal tersebut tidak sesuai dengan kepentingan Rusia.
Penolakan ini menjadi titik balik. Harapan dunia akan perdamaian mulai memudar. Kudakyv mencatat bahwa sejak penolakan itu, serangan Rusia semakin intensif.
Kyiv menjadi sasaran utama. Banyak wilayah hancur akibat rudal dan serangan udara. Warga sipil terjebak dalam situasi berbahaya. Rumah sakit, sekolah, dan infrastruktur umum menjadi target serangan.
Berbagai negara di dunia menyerukan agar Rusia segera menghentikan agresinya. Dewan Keamanan PBB telah menggelar beberapa pertemuan darurat. Namun, belum ada keputusan tegas yang mampu menghentikan Rusia.
Sementara itu, Eropa dan Amerika terus mengirim bantuan militer dan kemanusiaan ke Ukraina. Mereka berusaha memperkuat pertahanan Ukraina agar dapat bertahan dari gempuran yang terus berlangsung.
Trump mendesak negara-negara sekutu untuk bersatu. Ia mengatakan bahwa tanpa solidaritas global, perdamaian hanya akan menjadi harapan kosong. Trump juga menyarankan agar sanksi terhadap Rusia diperketat sebagai bentuk tekanan tambahan.
Meski situasi tampak suram, harapan belum sepenuhnya hilang. Beberapa diplomat menyatakan bahwa negosiasi damai tetap berjalan, meski di balik layar. Trump juga memastikan bahwa AS akan terus berupaya menjadi jembatan perdamaian.
“Kami akan terus bicara dengan kedua belah pihak. Tapi mereka harus berhenti saling menyerang,” ujar Trump.
Jika Rusia terus gempur Ukraina, maka krisis kemanusiaan akan semakin memburuk. Dunia harus bertindak cepat. Kudakyiv.com menegaskan bahwa upaya damai tak boleh berhenti, meski tantangan terus menghadang.
Rusia terus gempur Ukraina, meski dunia mendesak agar konflik segera dihentikan. Trump menyampaikan kemarahan besarnya kepada Putin dan menyerukan aksi nyata. Situasi ini memerlukan langkah strategis dan solidaritas global. Harapan perdamaian masih terbuka, namun hanya jika kedua pihak bersedia menghentikan kekerasan sekarang juga.