Wacana Akhiri Perang Ukraina-Rusia, Volodymyr Zelenskyy Siap Temui Putin
Kudakyv – Wacana Akhiri Perang Ukraina-Rusia, Volodymyr Zelenskyy Siap Temui Putin
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, kembali menyuarakan kesiapannya bertemu Presiden Rusia, Vladimir Putin. Langkah ini bertujuan untuk mencari solusi politik dan diplomatik dalam menghentikan perang yang telah berlangsung hampir tiga tahun.
Dalam konferensi pers bersama Presiden Bank Eropa untuk Rekonstruksi dan Pembangunan (EBRD), Odile Renaud-Basso, Zelenskyy menuduh Putin enggan berdialog langsung. Menurutnya, pemimpin Rusia itu takut melakukan pembicaraan terbuka.
“Kami siap berdiplomasi. Namun, saya yakin Putin sebenarnya takut berbicara dengan saya mengenai akhir perang ini,” ujar Zelenskyy.
Zelenskyy juga menanggapi pandangan Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa yang menilai diplomasi tetap membutuhkan keterlibatan Rusia. Menurutnya, solusi damai tetap memungkinkan selama ada keinginan dari pihak Moskow untuk berdialog.
“Baca Juga: Gagasan Ukraina Minta Senjata Nuklir Sekutu Barat Kyiv“
Pada 2022, Ukraina pernah mengesahkan larangan negosiasi damai dengan Rusia selama Putin masih menjabat. Namun, Zelenskyy menegaskan bahwa aturan itu tidak berlaku bagi dirinya secara pribadi.
Zelenskyy juga menyambut baik rencana perdamaian yang diusulkan AS. Ia menyatakan bahwa tim diplomatik Ukraina akan terus berkoordinasi dengan Washington dalam membahas opsi terbaik untuk mengakhiri konflik.
“Saya yakin tim kami akan bekerja sama dengan AS. Tidak ada rencana lain selain diplomasi,” tambahnya.
Menurutnya, komunikasi antara Ukraina dan AS berjalan lancar. Saat ini, kedua negara tengah membahas beberapa opsi untuk menciptakan kondisi perdamaian yang adil bagi Ukraina.
Menanggapi wacana ini, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, langsung memberikan pernyataan tajam. Ia menyebut kesiapan Zelenskyy untuk berunding hanyalah omong kosong.
“Pernyataan tersebut tidak lebih dari sekadar retorika kosong,” ujar Peskov dalam keterangannya kepada media.
Menurutnya, kesiapan berdialog harus memiliki dasar yang jelas. Ia juga mengingatkan bahwa Zelenskyy telah menandatangani dekrit yang melarang negosiasi dengan Putin. Oleh karena itu, Moskow meragukan keseriusan Zelenskyy dalam melakukan pembicaraan damai.
Lebih lanjut, Peskov mengklaim bahwa masa jabatan Zelenskyy sebagai presiden Ukraina seharusnya berakhir pada Mei 2024. Karena Ukraina tidak mengadakan pemilu akibat darurat militer, status kepemimpinan Zelenskyy pun dipertanyakan.
“Zelenskyy memiliki masalah legalitas sebagai presiden. Namun, terlepas dari itu, kami tetap terbuka untuk dialog,” tegas Peskov.
Dalam wawancara dengan jurnalis Inggris, Piers Morgan, Zelenskyy menjelaskan bahwa ia akan mempertimbangkan duduk satu meja dengan Putin jika itu adalah cara terbaik untuk menghentikan perang.
“Jika itu satu-satunya cara untuk membawa perdamaian bagi rakyat Ukraina, maka saya akan melakukannya,” ungkapnya.
Namun, Zelenskyy menegaskan bahwa ia tidak akan datang sendiri dalam perundingan tersebut. Ia menyebut akan ada empat pihak lain yang turut serta dalam diskusi damai. Meski begitu, ia tidak merinci siapa saja yang dimaksud.
“Saya tidak akan baik kepadanya. Saya menganggapnya sebagai musuh. Saya yakin, dia pun melihat saya sebagai musuh,” tegas Zelenskyy.
“Simak Juga: Cara Mendaftar Relawan Anggota PMI 2025, Simak Syarat Pendaftarannya“
Sementara itu, Putin menyatakan bahwa Rusia hanya akan berunding dengan Ukraina, tetapi tidak langsung dengan Zelenskyy. Pernyataan ini menunjukkan bahwa Moskow tetap bersikeras mempertahankan posisi politiknya dalam konflik ini.
Hingga saat ini, perang antara Rusia dan Ukraina masih berlangsung sengit. Belum ada tanda-tanda gencatan senjata dari kedua belah pihak. Menurut data Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR), konflik ini telah merenggut lebih dari 12.456 jiwa warga sipil.
Meskipun ketegangan masih tinggi, harapan perdamaian tetap ada. Beberapa negara telah mengupayakan diplomasi agar konflik ini segera berakhir. Ukraina, melalui Zelenskyy, terus berusaha mencari jalan keluar melalui jalur politik.
Media berita seperti Kudakyv dan Kudakyiv.com terus memantau perkembangan terbaru terkait perang ini. Masyarakat internasional pun berharap agar perundingan antara kedua negara dapat segera terlaksana guna mengakhiri penderitaan rakyat sipil.
Dengan adanya wacana ini, pertanyaannya kini adalah apakah Rusia bersedia membuka jalur diplomasi? Ataukah konflik ini akan terus berlanjut tanpa titik temu?